Lurah Rawa Badak Utara tidak pernah menjaga jarak antara
beliau sebagai seorang pejabat dengan warganya, tetapi selalu membuat suasana
akrab baik dengan anak muda maupun dengan para lansia atau orang tua, sikap dan
prilaku santun selalu di perlihatkan dengan penuh keakraban.
Masyarakat yang sering datang ke Kantor Kelurahan Rawa Badak
Utara bisa merasa dekat dengan lurahnya karena Suranta lebih banyak duduk di
ruangan pelayanan umum ketimbang di ruangan lurah dan saat di konfirmasi
penulis beliau menyampikan “Saya memang
jarang duduk di ruangan saya bahkan seminggu sekali saja tidak mungkin dalam
satu bulan hanya dua atau tiga kali saja duduk di ruangan saya itupun tidak
pernah lama, Saya lebih suka duduk di ruangan pelayanan umum atau di bangku
antrian jadi sambil tandatangan surat, KTP, KK saya bisa sekalian ngobrol sama
warga supaya tahu persoalan dan permasalahan warga satu persatu inikan
memudahkan saya untuk membantu mereka, mengevaluasi kinerja pelayanan kelurahan
kepada masyarakat dan meberikan solusi disaat mereka ada permasalahan dalam
mengurus sesuatu di Kantor Kelurahan Rawa Badak Utara” ujar Suranta, bahkan
apabila pelayanan lagi banyak Suranta sering duduk di bangku antrian tanpa memakai
atribut lurah, terkadang ada warga yang tidak mengenali siapa yang diajak
ngobrolnya ini semua di lakukan sengaja untuk membuat masyarakat nyaman duduk
dan ngobrol didekatnya, tua maupun muda tidak ada bedanya tetap dibuat suasana
kekeluargaan.
Sebuah cerita tentang Lurah Rawa Badak Utara Suranta yang penulis
saksikan sendiri karena waktu itu penulis sedang berada di pelayanan KTP, Pernah suatu
hari, saat pelayanan sedang ramai Suranta sehabis kegiatan senam di Kecamatan
Koja beliau tidak melepas treningnya tetapi langsung ke pelayanan umum duduk di
tengah-tengah antrian warga, beliau mengajak ngobrol salah seorang Ibu yang
usianya lebih tua dari Suranta dan Ibu tersebut menjadi simpatik lalu curhat
dengan segala keluhan di lingkungan dan keluarganya, tetapi tidak tahu kalau
yang di ajak ngobrol itu lurah, setelah selesai datanya di proses sebelum
pulang warga tersebut nanya “pak saya dari tadi duduk di sini belum ngeliat pak
lurah datang, padahal inikan udah siang” lalu suranta bertanya “memangnya ibu
udah tahu lurahnya” terus warga jawab lagi “belum, biasnya kan yang namaanya
lurah ciri-cirinya pakean coklat terus ada jengkolnya di dada, pokonya necis (eklusif), ya namanya juga pejabat, kan
beda dengan kita ya pak”, Suranta tidak marah beliau menjawab sambil senyum “mungkin
lurahnya lagi ada rapat kalih bu, sekarang yang penting segala urusan ibu
mengenai pelayanan tidak ada hambataan kan?, nanti kalau ada permasalahan
mengenai pelayaanan maupun kelurahan ibu dateng aja kesini cari saya, saya selalu
ada di sini” karena merasa di bantu warga tersebut bertanya kembaali “bapak
namanya siapa” suranta menjawab “Saya Suranta” lalu warga tersebut salaman balik
badan untuk pulang, tetapi baru saja kira-kira tiga langkah ada yaang teriak
menegur Suranta dari masyarakat yang lain yang sudah mengenalinya “Assalamu’aalaikum
Pak Lurah” lurah menjawab “Waalaikum Salam” ibu tadi yang baru mau pulang
nengok dan kaget baru tahu setelah di tegur warga lain kalau yang dari tadi
ngobrol lama dan ngebantu bawain berkas ke dalam pelayanan umum itu lurahnya,
ibu tersebut balik lagi dan laangsung minta maaf atas ucapannya tadi sambil
terharu karena selama ini baru sekaarang merasa dekat dengan Lurah Rawa Badak
Utara.
Sebagai seorang pamong yang menjadi pengayom bagi
masyarakat, Suranta harus tau kebiasaan dan persoalan warga, baik persoaln
pengurusan administrasi maupun persoalan di lingkungan, bahkan sering bercanda
gurau dengan nenek-nenek, hasilnya masyarakat merasa nyaman sambil menunggu
datanya di proses oleh petugas pelayanan umum.